Cintai Produk Indonesia Sebagai Wujud Cinta Tanah Air

Tidak ada komentar
“Cinta tanah air”, jika mendengar kalimat ini kita akan teringat kembali dengan perjuangan para pahlawan yang menunjukkan kecintaannya kepada tanah air dengan berperang melawan penjajah. Lalu, timbul pertanyaan, “Apa yang telah kita lakukan untuk menunjukkan kecintaan kita pada tanah air?”. Kita tidak perlu berperang, apalagi pada zaman sekarang yang menjunjung tinggi perdamaian dunia. Jadi, bagaimana menunjukkan kecintaan kita kepada tanah air? Salah satunya yang perlu kita lakukan adalah cukup mencintai, menggunakan, dan melestarikan produk dalam negeri. Dengan kita menggunakan produk dalam negeri, akan menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap tanah air.
“Produk-produk dalam negeri (Made in Indonesia) akan bisa menjadi terkenal ketika produk itu mulai banyak diminati oleh masyarakat. Dan itu harus dimulai dari diri kita sendiri,sebagai bagian dari masyarakat Indonesia.” Apalagi mayoritas penduduk Indonesia cenderung untuk mencontoh atau bisa dibilang meniru (ketika produk itu mulai banyak diminati). Jadi alangkah baiknya kesempatan bagus ini kita manfaatkan untuk mempromosikan bahwa inilah Indonesia dan inilah produk asli buatan tangan-tangan mahir para pengrajin Indonesia. Tentunya kita akan bangga apabila produk Indonesia menjadi unggulan di negerinya sendiri atau bahkan di luar negeri. Namun begitu banyak kendala yang dialami seiring berjalannya waktu sehingga menghambat kemajuan produk-produk tersebut. Diantaranya, ketatnya persaingan dengan produk luar, terutama pada bagian promosi, kendala dalam segi ekonomi (modal), dan perdagangan bebas.


Konsekuensi mengikuti perdagangan bebas ada yang positif dan ada pula yang negatif. Positif, jika semakin banyaknya ragam pilihan yang bukan hanya berasal dari dalam negeri sendiri. Negatif, jika perdagangan bebas yang terlalu bebas dapat membuat produk dalam negeri itu sendiri akan kalah bersaing dengan produk luar negeri yang anggapan beberapa orang jauh lebih berkualitas. Jika hal ini terus berlangsung secara terus menerus akan membuat ketergantungan terhadap produk/barang-barang yang berasal dari luar negeri. Untuk menghindari terjadinya kasus perdagangan bebas yang berlebihan, harus ada perlindungan terhadap produk-produk dalam negeri, agar produk dalam negeri dapat bertahan di negerinya sendiri.

Selain itu, kendala dalam bidang ekonomi yang dialami para pengrajin sebagai modal pengembangan masih menjadi permasalahan besar. Hal ini diakibatkan minimnya pengetahuan para pengrajin tentang perbankan. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan kita menggunakan produk dalam negeri, bukan hanya kita (konsumen) yang merasa terbantu tapi kita (konsumen) juga akan dapat membantu perekonomian para pengrajin yang tidak lain juga berasal dari bangsa Indonesia sendiri. Untuk itu mari membeli dan menggunakan produk-produk dalam negeri. Selain harganya murah, produk-produk dalam negeri juga tidak kalah bagus dengan barang-barang yang berasal dari luar negeri. Hanya saja dari segi pengemasan dan promosi yang kurang perhatian. Untuk apa kita membeli barang-barang dari luar negeri yang ternyata dibuat di negeri sendiri. Padahal banyak perusahaan luar yang membeli dan diganti merek lalu kembali dijual di Indonesia atau dijual di negaranya sendiri. Kita tahu bahwa barang tersebut asli made in Indonesia. Celakanya konsumen Indonesia yang membeli produk itu, ketika sedang berada di luar negeri. Para konsumen tersebut hanya merasa bahwa barang yang berasal dari luar negeri tersebut kualitasnya lebih bagus dari pada barang asli Indonesia. Padahal tanpa disadari konsumen tersebut juga membeli barang asli Indonesia hanya bukan di negeri sendiri. Negeri ini seharusnya merasa bangga karena ternyata negara lain merasa iri sehingga mereka mencuri karya-karya para pengrajin dan menjualnya dengan mengganti merek tersebut. Maka yang perlu ditekankan adalah kepercayaan terhadap produk Indonesia dan tidak selamanya barang mahal itu berkualitas.
Mencintai produk dalam negeri dimulai dengan kita mencintai tanah air sendiri. Dengan kita mencintai tanah air kita, maka otomatis dengan sendirinya kita akan tergerak untuk mencintai hal-hal yang berkaitan dengan negeri yang kita cintai. Kampanye cinta produk dalam negeri sebenarnya sudah sangat lama digalakkan. Sayangnya, gerakan mencintai produk dalam negeri kurang mendapat respon dari masyarakat. Biarpun, Jusuf Kalla atau yang akrab kita panggil dengan sebutan JK (mantan wakil presiden) pernah melepaskan dan menunjukkan sepatunya adalah sepatu kulit asli buatan dalam negeri. Tentu itu merupakan contoh yang baik dan mencerminkan kecintaannya kepada tanah air.
Bangsa Indonesia kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang begitu berlimpah. Namun, hal itu bukanlah jaminan akan majunya suatu bangsa. Hal ini terbukti dengan masih kurangnya pengetahuan terhadap teknologi. Sekarang, mari kita lihat bagaimana dengan benda-benda yang dihasilkan melalui teknologi. Apakah masyarakat Indonesia lebih cenderung membeli buatan luar negeri atau dalam negeri. Sebagai contoh, kendaraan dan laptop, yang tentunya tidak asing lagi dalam aktivitas harian kita. Kendaraan (seperti sepeda motor Kanzen) adalah barang luar negeri yang dirakit di Indonesia. Laptop, meskipun laptop buatan dalam negeri sudah mulai bermunculan tapi masyarakat jauh lebih memilih laptop buatan teknologi Jepang. Mainan import anak-anak pun tidak lepas dari kecanggihan teknologi. Di Indonesia sendiri mainan anak-anak yang berbahan dasar plastik pun jauh lebih banyak peminat dibandingkan dengan mainan tradisional yang bersumber dari alam sekitar. Tanpa kita sadari bahwa mainan buatan tersebut adalah berbahaya karena mengandung zat-zat kimia. Orang tua cenderung lebih memilih mainan import tersebut daripada mainan tradisional. Padahal mainan tradisional jauh lebih menyenangkan, mengasyikkan, dan mainan anak-anak juga dapat merangsang kreatifitas anak. Dari segi ekonomi mainan tradisional juga jauh lebih ekonomis. Dan banyak juga mainan tradisional yang dijadikan kebudayaan suatu daerah. Namun, apakah kita rela jika ternyata kebudayaan tersebut diambil alih?
Tentu kita masih ingat dengan kasus pengakuan kepemilikan budaya Indonesia oleh Malaysia. Memang kita bangsa Indonesia kurang perhatian terhadap budaya kita sendiri, sehingga status kepemilikannya sempat diambil alih negara lain namun ketika hal itu terjadi sempat menyulut rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Budaya yang pernah diambil alih status kepemilikannya antara lain Reog Ponorogo, Tari Pendet, Angklung, dan Batik. Dengan timbulnya kasus tersebut tentunya masyarakat Indonesia tidak tinggal diam, berbagai protes pun bermunculan. Terutama protes dari daerah yang budayanya diambil alih, Reog Ponorogo dari Jawa Timur, Tari Pendet dari Bali, Angklung dari Jawa Barat, dan Batik dari Jawa Tengah. Tari Pendet, seperti yang kita ketahui bersama adalah tari yang digunakan rakyat Bali untuk menyambut para tamu atau bisa dikatakan sebagai tarian ‘ucapan selamat datang’. Namun negara Malaysia menggunakan tarian tersebut untuk dijadikan iklan pariwisata di negara Jiran (Malaysia) tersebut. Tentu aksi tersebut menuai protes dari berbagai kalangan. Namun, untungnya Norman Abdul Halim sang pembuat iklan pariwisata tersebut meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia dan berjanji untuk menghentikan iklan pariwisata tersebut. Reog Ponorogo, adalah budaya yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistis dan gaib. Batik adalah salah satu yang diklaim Malaysia. Pengakuan dari badan yang mengurusi pendidikan dan kebudayaan atau UNESCO mengenai pengakuan batik sebagai warisan kebudayaan Indonesia membuat para pengrajin batik Indonesia merasa lega. Hingga akhirnya tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Dan dunia mengakui bahwa batik adalah warisan kebudayaan asli Indonesia.
Pengaruh perdagangan bebas juga merupakan ancaman tersendiri bagi produk-produk Indonesia, namun hal tersebut dapat diatasi apabila kita berperilaku pintar. Sebagai warga negara Indonesia seharusnya kita patut bangga dengan hasil karya para pengrajin Indonesia. Kita harus ikut mengembangkan, memasyarakatkan, memajukan, dan mempromosikan bahwa produk tersebut asli buatan Indonesia kepada negara lain untuk membuktikan rasa kecintaan kepada Indonesia. Merupakan tugas kita para generasi muda untuk terus melestarikan kebudayaan Indonesia. Cintailah produk-produk Indonesia, karena ini adalah wujud cinta kita terhadap tanah air, tanah air Indonesia!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar